Nelayan Tradisional Garut Selatan kian Menjerit, Bupati Berjanji Segera Temui Mereka?…

 
   
RUDI, salah seorang nelayan Kampung Banyu Asin termenung di Pantai Santolo, menatap kosong ke tengah lautan, Sabtu (18/3/17). Lebih dari 1,5 tahun mereka sulit mendapatkan ikan akibat musim penghujan yang tak kunjung usai. (SMS/GE)***
GARUT, (GE).- Para nelayan tradisional warga Kampung Banyu Asin, Desa Pamalayan, Kecamatan Cikelet, Garut Selatan, Jawa Barat, kian menjerit. Lebih dari 1,5 tahun lamanya mereka hanya bisa gigit jari. Kurun musim penghujan yang cukup lama, membuat mereka sulit mendapat hasil tangkapan ikan.
Menurut salah seorang nelayan setempat, Karsono (42), hal itu diperburuk dengan datangnya angin barat yang tidak bersahabat. Setiap akhir bulan Desember hingga Maret, memang musimnya angin barat.
Menurut salah seorang nelayan setempat, Karsono (45), kali ini merupakan saat tersulit bagi kehidupan para nelayan. Biasanya, kata bapak dua anak ini, sekalipun memasuki musim angin barat, para nelaya masih bisa mendapat hasil tangkapan lumayan banyak. Saat angin mereda, mereka bergegas melaut. Jaraknya pun tidak harus sampai terlalu jauh, paling antara 5 sampai 10 mil dari garis pantai.
“Seingat saya, terakhir mendapatkan hasil tangkapan cukup banyak itu pada bulan Juni tahun 2015.  Setelah itu, kami lebih banyak gigit jari. Hari Jumat kemarin, kami coba kembali melaut. Kami melaut hingga mencapai jarak sekira 30-40 mil. Tetapi tetap saja hasilnya nihil. Hanya dua ekor ikan kecil yang bisa dibawa pulang,” terang Karsono diamini Rudi, nelayan lainnya, kepada “GE”,  Sabtu (18/3/17).
Kondisi hampir serupa, lanjut Karsono, sempat mereka alami sekira 8 tahun lalu. Tetapi, saat itu para nelayan tidak sampai mengalami kesulitan ekonomi separah sekarang. Saat ini, sekadar  untuk mengganjal perut, beberapa di antara mereka terpaksa harus melucuti pagar halaman rumah, mencari umbi ketela. Memang, umumnya warga di kampung tersebut memagari batas tanah miliknya dengan ditanami ketela pohon.
Lebih jauh Karsono mengatakan, bukannya mereka tidak mengantisipasi kemungkinan semacam ini. Ia sendiri, selama ini mencoba merintis usaha penopang dengan membuka pom bensin mini. Memang, kata Karsono, pada musim liburan penghasilan dari usaha barunya cukup lumayan.
“Tetapi kalau sekarang usaha ini juga tidak bisa diandalkan. Masalahnya kian hari jumlah konsumen semakin berkurang. Omzet penualan bensin terus menurun sampai 75 persen,” terangnya.
Pada hari-hari biasanya, omzet penjualan bensin rata-rata mencapai 200 liter/hari. Namun, sekarang menyediakan 30 liter pun selalu bersisa.
“Ya, soalnya yang belinya paling pengendara motor yang lewat. Soalnya nelayan kan tidak ada yang melaut. Padahal konsumen terbanyak saya itu justru dari kalangan nelayan sendiri,” imbuhnya.
Karena itu, Karsono dan nelayan lainnya berharap, pihak Pemerintah Kabupaten Garut segera turun tangan membantu mengatasi kesulitan mereka. Hingga saat ini, tandas Karsono, belum ada bantuan sedikit pun dari pihak Pemkab Garut kepada para nelayan Kampung Banyu Asin yang jumlahnya hampir 300 kk. Padahal, kesulitan hidup yang mereka rasakan sudah cukup lama.
“Sekarang yang sangat kami butuhkan bantuan sembako. Soalnya para nelayan sudah tidak memiliki uang untuk membeli sembako. Kalau setiap hari harus ngutang ke warung, mana ada yang mau ngasih!” kilahnya.
Ke depan, lanjut Karsono, dirinya berharap pemerintah bisa menggulirkan program pelatihan life skill bagi para nelayan. Sehingga, ketika memasuki musim paceklik, mereka bisa beralih profesi karena memiliki keahlian lain yang bisa dijadikan andalan hidup.
Menyikapi persoalan tersebut, Bupati Garut, Rudy Gunawan, menyatakan segera meninjau kondisi kehidupan para nelayan.
“Kita mau ke sana minggu depan,” kata Bupati, saat dimintai tanggapan terkait keprihatinan para nelayan, Sabtu (18/3/17).
Bupati juga mengaku sudah mengetahui faktor penyebab nelayan tidak dapat melaut.
“Dengan kondisi alam sekarang ini tidak memungkinkan untuk melaut, mungkin kami nanti akan kirim beras,” katanya.
Terkait permintaan bantuan khusus untuk nelayan, kata Bupati, hal itu sudah dilakukan pemerintah. Contohnya dengan adanya Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kementerian Sosial.
“Untuk membantu mereka itu bisa dilakukan melalui PKH yang digulirkan Kementerian Sosial,” katanya. (SMS)***


Sumber Dari: http://garut-express.com/nelayan-tradisional-garut-selatan-kian-menjerit-bupati-berjanji-segera-temui-mereka/#ixzz4bpfrlBX0

Komentar